Translate

UJI KEMASAKAN BUAH DAN PENGARUH ETILEN TERHADAP KEMASAKAN BUAH


Penulis : F. H. Semendaya, et. al. (2012)

Secara umum, kita mengenal buah yang mentah dengan sifat hijau. Buah yang hijau disebabkan oleh adanya pigmen di dalam buah tersebut. Suatu zat kimia klorofil yang melahirkan fungsi kendali warna hijau. Secara lebih jauh, hal ini akan berkaitan dengan struktur kimia penyusunnya. Karakteristik buah mentah yang lain adalah rasa yang masam, atau tidak berasa sama sekali seperti rasa tepung yang tawar. Secara kimia, rasa masam disebabkan oleh adanya senyawa-senyawa dengan pH tinggi (senyawa asam) di dalam buah mentah, sementara rasa seperti tepung (rasa tawar) dikarenakan adanya senyawa amilum (kanji). Buah mentah dari perspektif kimia adalah buah yang mengandung senyawa-senyawa asam, amilum, klorofil, dan pektin. Senyawa-senyawa penyusun tersebut memberikan sinyal secara fisika yaitu dengan rasa yang masam atau rasa tawar, warna yang hijau, serta tekstur yang keras dan tanpa aroma.
Sedangkan buah yang matang dari perspektif kimia adalah buah yang mengandung senyawa-senyawa kimia seperti senyawa aromatis, senyawa-senyawa yang netral (non-asam), senyawa gula sederhana, senyawa antosianin, dan kadar senyawa pektin yang lebih sedikit. Dengan kata lain, sifat-sifat fisika yang dengan mudah dapat diamati seperti rasa yang manis, disebabkan oleh adanya senyawa  gula sederhana. Tekstur yang tidak keras (lebih lembut) disebabkan oleh kadar pektin yang lebih sedikit daripada kadar pektin buah mentah. Sementara rasa yang tidak lagi masam dan aroma yang khas disebabkan oleh kehadiran senyawa-senyawa netral dan senyawa-senyawa aromatik dan juga senyawa ester.
Etilen adalah suatu gas tanpa warna dengan sedikit berbau manis. Etilen merupakan suatu hormon yang dihasilkan secara alami oleh tumbuhan dan merupakan campuran yang paling sederhana yang mempengaruhi proses fisiologi pada tumbuhan. Proses fisiologi pada tumbuhan antara lain perubahan warna kulit, susut bobot, penurunan kekerasan, perubahan kadar gula dan lain-lain (Winarno dan Aman, 1981).
Etilen merupakan jenis senyawa tidak jenuh atau memiliki ikatan rangkap yang dapat dihasilkan oleh jaringan tanaman pada waktu tertentu dan pada suhu kamar etilen berbentuk gas. Senyawa ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan penting dalam proses pertumbuhan tanaman dan pematangan hasil-hasil pertanian. Etilen disebut hormon karena dapat memenuhi persyaratan sebagai hormon yang dihasilkan oleh tanaman, bersifat mobile dalam jaringan tanaman dan merupakan senyawa organik. Pada tahun 1959 diketahui bahwa etilen tidak hanya berperan dalam proses pematangan saja, tetapi juga berperan dalam mengatur pertumbuhan tanaman (Winarno, 2002).
Trucker di dalam Saputro (2004) menyatakan bahwa gas etilen (C2H4) adalah suatu jenis bahan yang banyak digunakan sebagai pemicu (trigger) proses pematangan, dimana jumlah dan waktu yang tepat dalam pemberiannya juga sangat khas untuk tiap jenis buah. Menurut Winarno dan Aman (1981), konsentrasi etilen selama pematangan berubah-ubah. Buah pisang yang baru dipanen mengandung etilen 0.2 ppm dan sekitar 4 jam sebelum pematangan jumlah etilen secara cepat bertambah menjadi sekitar 0.5 ppm. Pisang pada saat memasuki proses pematangan, jumlah etilen sekitar 1.0-1.5 ppm dan segera setelah respirasi hingga mencapai puncak klimaterik jumlah etilen meningkat menjadi 25-40 ppm.
Usaha untuk mengurangi etilen akan mengakibatkan tertundanya kematangan dan mempertahankan kesegaran serta memperpanjang umur simpan (Pantastico, 1989). Pada buah klimaterik respon etilen hanya berpengaruh pada saat fase pre-klimaterik sedangkan pada buah non-klimaterik, aktivitas respirasi dan pematangan dapat dipercepat pada semua fase tahap pematangan. Dengan adanya etilen, proses respirasi akan berlangsung cepat dan ikut dalam proses reaksi pemasakan. Semakin matang buah, produksi etilen semakin menurun. Adanya perlakuan tertentu yang dapat mengurangi kandungan etilen disekitar buah dapat memperpanjang umur simpan buah tersebut.
Terdapat beberapa macam senyawa penyerap etilen yang telah digunakan seperti karbon aktif yang diberi Brom dan Selit dengan KMnO4 kemudian berkembang menjadi KMnO4 Vermikulit. Apabila KMnO4 dimasukan kedalam kemasan pisang maka dapat menambah umur simpan pisang selama 2 minggu. Preparasi komersial zat penyerap etilen adalah “Purafil” (KMnO4 alkaslis dengan silikat) produksi Carbon Chemical Company ternyata mampu menyerap seluruh C2H4 yang dikeluarkan buah pisang yang disimpan dalam kantong polietilen tertutup rapat (Pantastico, 1989).
Penyerap etilen lain yang dapat digunakan adalah kalium permanganat (KMnO4), karbon aktif dan mineral-mineral lain yang dimasukkan ke dalam sachet. Bahan yang paling banyak digunakan adalah kalium permanganat yang dijerapkan pada silika gel. Permanganat akan mengoksidasi etilen membentuk etanol dan asetat. Bahan penyerap etilen ini mengandung 5% KMnO4 dan dimasukkan ke dalam sachet untuk mencegah keluarnya KMnO4 karena KMnO4 bersifat racun (Pantastico, 1989).
Hasil percobaan pengaruh etilen pada pisang dan manga di laboratorium Program Diloma IPB dengan perlakuan kontrol (tanpa etilen), etilen 1 ppm dan etilen 2 ppm menunjukkan hasil bahwa perlakuan kontrol proses tingkat pemasakan buah nya sangat lama, kemudian pada perlakuan Etilen 1 ppm pada 500 ml (2 cc/l)  pemasakan buahnya lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan kontrol, demikian dengan perlakuan 2 ppm pada 500 ml (5cc/l) proses tingkat pemasakan buahnya jauh sangat cepat dan setiap hari terlihat ada perubahan struktur fisiologi dari buah tersebut.

Terdapat perbedaan nilai dari kekerasan buah pada tiap-tiap Fase yang berbeda dipengaruhi oleh tingkat kemasakan buah tersebut. Nilai kekerasan buah cenderung menurun selama penyimpanan akibat proses pematangan. Beberapa hal yang  menyebabkan  penurunan  kekerasan buah adalah suhu, tempat  penyimpanan, respirasi dan transpirasi. Dan pada saat muda produksi etilen dari buah tersebut rendah, dan menyebabkan daging dari buah tersebut keras.
Perbedaan tingkat kekerasan diakibatkan oleh varietas dan tingkat etilen, dan tingkat respirasi dari komoditi itu sendiri. Pemasakan buah yg menggunakan konsentrasi Etilennya lebih tinggi akan menyebabkan buah yang simpan akan lebih cepat pemasakan nya.
Hasil Penyimpan Pisang Selama Satu Minggu dengan Beberapa Konsentrasi Etilen

Hasil Penyimpanan Mangga Selama Satu Minggu dengan Beberapa Konsentrasi Etilen

1. Pantastico, E.R.B.  1989.  Fisiologi Pasca Panen. Terjemahan. Kamariyani. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

2. Winarno, F.G. dan M. Aman.  1981. Fisiologi Lepas Panen. Sastra Hudaya. Jakarta.

3. Winarno, FG. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.

BUDIDAYA JAGUNG MANIS


PENDAHULUAN

Latar Belakang

    Jagung (Zea mays) merupakan tanaman pangan, berbatang kuat. Tanaman jagung dapat tumbuh di daerah yang beriklim panas ataupun sedang. Tanaman jagung hidup pada ketKacang Hijau (Phaseolus aureus) merupakan tanaman sayuran semusim dengan famili Papilionaceae. Tanaman ini berupa semak yang tumbuh tegak dengan tinggi 30cm – 35 cm. Batang tanaman ini berbulu, daunnya trifoliate dan berwaringgian 0 – 13000 m dpl (Siswadi, 2006).
Pada awalnya jagung merupakan tanaman sampingan, namun sering berjalan waktu, jagung memepati sektor penting dalam kegiatan pertanian di Indonesia ( Asih, 2000 ). Oleh karena itu, keberadaannya perlu mendapatkan penelitian dan pengembangan terkait urgenitas jagung sebagai tanaman pangan di Indonesia. Indonesia mengimpor jagung sebesar 400.000 ton pada 2004 dan 600.000 ton pada 2006 ( Litbang Kementan, 2006 ).
Untuk memenuhi kebutuhan jagung yang terus meningkat tiap tahunnya maka, diperlukanlah penggunaan varietas unggul untuk memenuhi kebutuhan jagung terhadap konsumen.


TINJAUAN PUSTAKA


Deskripsi Tanaman Jagung

             Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang Belanda menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn.
Sistimatika tanaman jagung adalah sebagai berikut:
Kingdom          : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio              : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub Divisio       : Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis              : Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo                : Graminae (rumput-rumputan)
Familia             : Graminaceae
Genus               : Zea
Species            : Zea mays L.
Jagung memiliki 2 bunga, yaitu bunga jantan dan bunga betina. Bunga betina jagung berupa tongkol yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan rambut ( Suhandi 2010). Sedangkan untuk bunga jantan, adalah bunga yang berdiri tegak di atas batang jagung ( Andi, 2010 ). Hasil bulir jagung dipengaruhi oleh pembuahan yang terjadi pada serbuk sari yang ada pada bunga jantan yang kemudian jatuh pada putik atau rambut jagung yang ada pada tongkol jagung itu sendiri. Sehingga pembuahan itu sangat mempengaruhi jumlah biji yang ada dalam tongkol jagung. Ketika telah terjadi pembuahan, maka putik akan menjadi layu ( Hermawan, 2010 ).
Warna bulir jagung ditentukan oleh warna endosperma dan lapisan terluarnya mulai dari putik, kuning, jingga, merah cerah, merah darah, ungu, hingga ungu kehitaman. Satu tongkol jagung dapat memiliki bermacam-macam bulir dengan warna berbeda-beda, karena setiap bulir terbentuk dari penyerbukan oleh serbuk sari yang berbeda-beda.
Varietas unggul jagung mempunyai sifat: berproduksi tinggi, umur pendek, tahan serangan penyakit utama dan sifat-sifat lain yang menguntungkan. Varietas unggul ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: jagung hibrida dan varietas jagung bersari bebas. Nama beberapa varietas jagung yang dikenal antara lain: Abimanyu, Arjuna, Bromo, Bastar Kuning, Bima, Genjah Kertas, Harapan, Harapan Baru, Hibrida C 1 (Hibrida Cargil 1), Hibrida IPB 4, Kalingga, Kania Putih, Malin, Metro, Nakula, Pandu, Parikesit, Permadi, Sadewa, Wiyasa, Bogor Composite-2

METODOLOGI

Alat

Alat yang digunakan untuk melakukan praktikum antara lain, cangkul, gembor, kored, raffia, timbangan analitik, gembor, ajir dan garu.

Bahan

Bahan yang digunakan untuk praktikum antara lain, benih jagung, pupuk, lahan tanam, pupuk Urea, pupuk KCl, pupuk SP 18.

Langkah Kerja

Persiapan Awal Lahan

Lahan dibersihkan dari gulma dan kotoran, kemudian dicangkul dengan untuk pengemburan. Kemudian lahan tersebut diratakan dan dibuat petakan yang berukuran 4 X 5 m, tinggi 30 cm, sebanyak 15 petakan dengan jarak antar kelompok 100 cm dan jarak antar perlakuan 50 cm.

Penanaman

Benih jagung ditanam dengan cara ditugal dengan kedalaman 3 cm, tiap lubang ditanam 2 butir benih dengan jarak tanam 60 X 40 cm.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan pada saat tanam dengan dosis  untuk urea 50 kg per ha SP 18 150 kg per ha, dan KCL 75 kg per ha untuk dosis 1. Sedangkan untuk dosis 2  Urea100 kg per ha, SP 18 250 kg per ha, dan KCL 150 kg per ha Karena lahan yang diguinakan hanya 20 m2 maka pupuk yang digunakan adalah, 100 gram urea, 300 gram SP 18, dan 150 gram KCL untuk dosis 1. Untuk dosis 2 200 gram urea, 500 gram SP 18, dan 300 gram KCL. Khusus pupuk urea diberikan secara bertahap yaitu setengah dosis diberikan pada saat tanam dan sisanya diberikan pada saat umur tanaman 30 hari setelah tanam.

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan meliputi kegiatan penyiraman, penyiangan, pembumbunan dan pengendalian hama penyakit. Penyiraman dilakukan apabila tidak hujan dan apabila hujan dan tanah cukup basah maka penyiraman tidak perlu dilakukan.  Pembumbunan dilakukan untuk membuat tanaman menjadi lebih kokoh. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dilakukan dengan mengunakan decis 2,5 EC.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan setelah tanaman memenuhi kriteria panen yaitu kelobot tongkol sudah berwarna kuning atau putih kekuning-kuningan. Bila kelobot tongkol dikupas akan tampak biji jagung berwarna kuning, bijinya sudah cukup keras dan mengkilap. Ketika panen hal-hal yang harus diamati yaitu, tinggi tanaman, berat tongkol, dan panjang tongkol.

 

Hasil

 


Dari hasil yang diperoleh. varietas pioneer dengan menggunakan dosis 1 menunjukkan hasil panen yang terbaik. Hal ini disebabkan antara lain karena pada tanaman jagung dengan pemberian dosis pupuk 1, memberikan unsur hara yang cukup dan tidak berlebihan dan benih yang digunakan memiliki mutu yang baik. Akibat dari kelebihan pupuk NPK antara lain, apabila kelebihan unsur N akan menyebabkan daun lemah, rentan terhadap hama, dan mengurangi jumlah buah (Maspeke, 2011). Sebaliknya, bila tanaman kekurangan unsur N maka, akan menyebabakan menghambat pertumbuhan. Selain itu, jagung varietas pioneer merupakan jagung hibrida yang berasal dari persilangan tunggal F1, dibandingkan varietas yang lain seperti lamuru dan pertiwi yang merupakan komposit, yaitu campuran persilangan jenis yang lain ( Balai Penelitian Tanaman Pangan, 2010 ).



DAFTAR PUSTAKA


Andi, M. 2010. Respon Tanaman Jagung Terhadap Pemupukan Phospor. Pusat Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.
Asih, B. 2000. Percobaan Pertumbuhan Tanaman Pangan pada Tanah Pegunungan. Dalam Wanta Benih III. ( Juni, 02 ). Bogor.
Hermawan. 2010. Budidaya Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Badan Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.
Maspeke, P. 2011. Efektifitas Cendawan Mikhoriza Arbuskula Terhadap Pemberian Pupuk Tanaman Spesifik Lokasi. Dalam Jurnal Agrobiogen III. ( Juni, 03 ). Bogor.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian. 2006. Prosiding Pengolahan Tanaman Pangan Untuk Kesejahteraan Petani. Bogor.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian. 2010.konsep Pertanian Rakyat. Bogor.
Siswadi, M.P. 2006. Budidaya Tanaman Palawija. Citra Aji Parama. Klaten
Suhandi, W. 2010. PTT Jagung Hibrida untuk Kesejahteraan rakyat. USU Press. Sumatera Utara.


EKSTRAKSI BENIH TOMAT (Lycopersicum esculentum)


     Tomat (Lycopersicon esculentum Mill atau yang dahulu disebut Solanum lycopesicon L.) merupakan salah satu komoditas yang amat penting sebagai tanaman sayur dan buah. Dalam keadaan segar tomat dapat digunakan sebagai sayuran,sari buahnya dapat dimanfaatkan sebagai minuman segar. Tomat memilkibanyak manfaat diantaranya bagi penderita penyakit wasir (haemorrhoid). Selain itu tomat yang telah tua da berwarna merah merupakan summbar vitamin A, vitamin C, dan sedikit vitamin B. kandungan vitamin A nya lebih tinggi 2 sampai 3 kali dari semangka.

        Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan salah satu produk holtikultura yang berpotensi, menyehatkan dan mempunyai prospek pasar yang cukup menjanjikan. Tomat, baik dalam bentuk segar maupun olahan , memiliki komposisi zat giziyang cukup lengkap dan baik yaitu terutama vitamin A, B, dan C.  Buah tomat terdiri dari 5-10% berat kering tanpa air 1% kilit dan biji. Jika buah tomat dikeringkan, sekitar 50% dari berat keringnya terdiri dari gula-gula pereduksi, sisanya asam-asam organic, mineral, pigmen, vitamin dan lipid.

Tomat dapat dibedakan menjadi beberapa tipe yaitu:
1.      Tomat Biasa (Lycopersicum Esculentum)
2.      Tomat Apel (Lycopersicum phyriforme)
3.      Tomat Kentang (Lycopersycum grandifolium)
4.      Tomat Keriting (Lycopersicum validum)

Tomat oleh para ahli botani disebut sebagai Lycopersycom Esculentum. Secara taksonomi tanaman tomat digolongkan sebagai berikut :
·        Kingdom : Plantae
·        Subkingdom        : Trachebionta
·        Diviso                 : Magnoliophyta
·        Kelas                  : Magnoliopsida
·        Subkelas             : Asteridae
·        Ordo                  : Solanales
·        Famili                  : Solanaceae
·        Genus                 : Solanum
·        Spesies               : Lycopersicom Esculentum


Tanaman tomat merupakan tanaman semusim, artinya tanaman hanya satu kali berproduksi dan setelah itu mati. Tanaman tomat berbentuk panjang mencapai 2 meter , olehkarena itu tanaman tomat penopang agar tidak roboh.

Metode

1.     Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah Pisau, gelas ukur, mika, nampan dan saringan. Buah tomat, air (pada suhu ruang), air hangat 70° C, HCl 2%, kompos.

Ø  Perlakuan :
·        P1 direndam air (suhu ruang)
·        P2 direndam air hangat
·        P3 direndam larutan HCl 2%

Ø  Pelaksanaan :
·        P1U1 (perlakuan 1 ulangan 1)
·        P1U2 (perlakuan 1 ulangan 2)
·        P2U1 (perlakuan 2 ulangan 1)
·        P2U2 (perlakuan 2 ulangan 2)
·        P3U1 (perlakuan 3 ulangan 1)
·        P3U2 (perlakuan 3 ulangan 2)

Ø  Langkah kerja :
1.      Buah tomat dibelah menjadi 2 bagian dan di ambil bijinya.
2.      Biji dicuci sampai bersih dari lendir, karena ledir dapat menghambat perkecambahan pada biji.
3.      Biji direndam sesuai dengan perlakuan, lalu ditiriskan.
4.      Biji ditanam pada media kompos.

HASIL



     Ekstraksi benih dilakukan untuk memisahkan benih dari lendirnya yang sulit dibersihkan dan menyebabkan dormansi, sehingga ektraksi benih ini dapat  mematahkan dormansi benih. Hasil ekstraksi yang paling baik daya berkecambahnya dilakukan dengan menggunakan larutan asam klorida (HCL) 2%

Daftar Pustaka

Junarjo, H. 2008. Bertanam 30 jenis Sayur . Penebar Swadaya . Jakarta

Tugiyono, T. 2007. Bertanam Tomat . Penebar Swadaya . Jakarta.

Cahyonuh, B. 2008. Tomat. Kanisius.Yogyakarta.

Irawati, M. W. 2010. Prosuksi benih tomat (Lycopersicum esculentum).Bogor.

Redaksi Agromedia. 2007. Paduan Lengkap Budidaya Tomat. Agromedia Pustaka. Jakarta.


PENGUJIAN KADAR AIR BENIH

Penulis: Semendaya, F. H., Dyah, A., Dwinanto, G., Sari, N., Suhandana., M 


Kadar Air adalah air yang hilang karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, dinyatakan dalam persentase terhadap berat awal contoh benih. Adapun prinsip penetapan kadar air benih ini adalah penguapan air sebanyak mungkin, tetapi dapat menekan terjadinya oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat-zat yang mudah menguap (ISTA, 2006). Penetapan kadar air benih bertujuan untuk mengetahui kadar air benih dengan metode yang sesuai untuk pengujian rutin.

Penetapan kadar air benih dapt dilakukan dengan 2 metode yaitu menggunakan metode tidak langsung dan metode tidak langsung.

a.        Metode Tidak Langsung

Pengujian menggunakan metode tidak langsung menggunakan alat Grain Moisture Tester Kett Aquasearch 600, sehingga kadar air dapat diketahui dengan cepat dan akurat. Pengujian kadar air ini dilakukan dua kali ulangan, dan batas maksimal perbedaan kedua ulangan 0,2%, apabila batas kedua ulangan lebih besar dari 0,2% mak dilakukan pengulangan selanjutnya hingga memenuhi batas toleransi (ISTA, 2006).

b.      Metode Langsung

Pengujian menggunakan metode langsung menggunakan 2  cara yaitu menggunakan oven suhu tnggi dan oven suhu rendah. Metode ini didasarkan pada jumlah air dalam benih yang hilang akibat penguapan (ISTA, 2006).

  
Oven (sumber: tokolaboratorium.blogspot.id)


                                                                (Desikan)

·        Metode Oven Suhu Tinggi

               Metode oven suhu tinggi menggunakan oven bersuhu tinggi yaitu 350°C selama 1 jam. Metode dengan oven suhu tinggi di lakukan dengan cara, benih (jarak pagar/kacang tanah) diiris tipis dan ditimbang seberat 5 gr dengan 2 ulangan, dengan begitu, berarti benih yang ditimbang ada 10 gr. Cawan tempat menaruh benih sebelumnya ditimbang dahulu untuk mendapatkan berat cawan (M1). Benih yang telah ditumbuk dimasukkan kedalam cawan, lalu  cawan dan benih ditimbang kembali untuk mendapatkan M2. Cawan dimasukkan ke dalam oven yang bersuhu 130° C selama 1 jam. Setelah 1 jam, cawan dimasukkan ke desikator selama 15 menit untuk menghilangkan uap air benih. Cawan yang telah didinginkan di desikator ditimbang kembali untuk mendapatkan M3. Hasil dari penimbangan M1, M2 dan M3 dihitung dengan mengunakan rumus:

·        Metode Oven Suhu Rendah

Metode oven suhu rendah menggunakan oven yang bersuhu rendah yaitu 103°C - 105°C selama 17 jam. Metode dengan oven suhu rendah ini  dilakukan dengan cara, benih (kedelai) dihaluskan dan ditimbang seberat 5 gr @ ulangan.  Sebelum di isikan benih, cawan di timbang terlebih dahulu dan menghasilkan data M1. Kemudian cawan dan benih ditimbang kembali, kemudian menghasilkan data M2. Setelah ditimbang, cawan dimasukkan kedalam oven suhu tinggi selama 17 jam. Ketika telah 17 jam cawan diangkat dan dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit. Cawan yang diangkat setelah 15 menit, ditimbang kembali agar dihasilkannya data M3. Setelah data terkumpul, data-data tersebut dihitung menggunakan rumus:


Metode pengeringan oven harus mempertimbangkan bahwa tidak hanya air saja yang diuapkan selama pengeringan. Namun, bagaimanapun juga senyawa yang mudah menguap mungkin ikut menguap yang akan menyebabkan hasil pengukuran over estimation. Sebagai contoh, pada beberapa benih Abies sebagian resin ikut menguap ketika benih dibelah sehingga kadar air yang dihasilkannya lebih tinggi (Bonner, 1995).

Dengan demikian, kadar air yang ditentukan dengan metode oven mungkin saja tidak merepresentasikan kadar air benih yang sesungguhnya (Poulsen, 1994). Namun, bagaimanapun juga metode pengeringan oven merupakan metode yang digunakan sebagai metode standar (Edwards,1987).

Beberapa benih berukuran besar seperti M. kauki, S. oleosa, dan S. benzoin harus digiling (griding) terlebih dahulu sebelum dioven. Hal ini sesuai dengan aturan ISTA (2006) yang menyarankan benih-benih berukuran besar dan berminyak harus digiling terlebih dahulu sebelum dikeringkan.


PUSTAKA

Bonner, F. T. 1995. Measurement and Management of Tree Seed Moisture. Technical Note. No. 1. Danida Forest Seed Centre

Edwards, D.G.W. 1987. Methods and Procedures for Testing Tree Seeds in Canada. Forestry Technical Report 36. Canadian Forestry Service. Ottawa

ISTA. 2006. International Rules for Seed Testing: Edition 2006. The International Seed Testing Association. Bassersdorf. CH-. Switzerland

Poulsen, K.M. 1994. Seed Testing. Lecture Note No. C-8, July 1994. Danida Forest Seed Centre. DK-3050 Humlebaek. Denmark

Pitojo, Setijo. 2003. Benih Kedelai. Kanisius. Yogyakarta
Sri, M.P. 2006. Budidaya Jarak Pagar (Jatropha curcas L) Sumber Biodiesel, Menunjang Ketahanan Energi Nasional. LIPI Press. Jakarta

UJI KEMASAKAN BUAH DAN PENGARUH ETILEN TERHADAP KEMASAKAN BUAH

Penulis : F. H. Semendaya, et. al. (2012) Secara umum, kita mengenal buah yang mentah dengan sifat hijau. Buah yang hijau disebabkan o...