Translate

Resep Mingguan (1) : Pindang Tempoyak Ikan Patin


RESEP  1
                                                  
                                               "PINDANG TEMPOYAK IKAN PATIN"
  • Tempoyak merupakan olahan khas dari fermentasi duriaan yang dapat langsung dimakan atau menjadi bumbu masakan.
  • Sedangkan pindang adalah masakan berkuah yang sangat khas Sumatra Selatan.
Jadi jika pindang di olah bersama tempoyak dan ikan patin => terciptalah masakan yang super lezat yaitu:

"..PINDANG TEMPOYAK IKAN PATIN.."

BAHAN :

    1 kg ikan patin
    2 btg serai
    3 lbr daun salam
    3 cm jahe
    3 cm lengkuas
    5 buah tomat merah
    3 buah tomat hijau
    5 buah cabai merah
    10 buah cabai rawit
    25 gr daun kemangi
    100 gr tempoyak
    1200 cc air
    Garam secukupnya
    Gula secukupnya


Persiapan Bahan-Bahan:
1. Ikan patin disiangi, dicuci bersih, dipotong-potong (ukuran sesuai selera), dilumuri dengan jeruk nipis secukupnya
2. Serai dan jahe dimemarkan
3. Tomat merah dan hijau di potong menjadi 4 potong
4. Cabai rawit diiris menjadi 2 bagian
5. cabai merah, bawang putih, dan bawang merah dihaluskan bersama


Cara Membuat:
1. Bumbu halus, daun salam, serai, jahe, lengkuas ditumis sampai harum
2. Masukkan Air sebanyak 1200 cc dan tempoyak
3. Masukkan ikan patin, dan masak terus sampai ikan patin menjadi empuk
4. Angkat dan Sajikan
5. Akhirnya masakan super lezat "Pindang Tempoyak Ikan Patin" siap disantap

Contoh CV atau Daftar Riwayat Hidup



DAFTAR RIWAYAT HIDUP / CURRICULUM VITAE
* Data Pribadi
===================================================
Nama Lengkap : Fauzan Hidayatullah Semendaya
Lahir : Baturaja, 09 April 1993
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Status : Belum Nikah
Identitas : KTP no. 1601140904930005
Alamat : Jl. Padat karya, Lrg. Harapan no. 275 Air Paoh, Baturaja, OKU, SUMSEL
No. Kontak : 085769039800
Email : fauzan.gokil@yahoo.com
* Pendidikan Formal
2000-2006 : SDN 08 OKU
2006-2009 : SMP Negeri 1 OKU
2009-2011 : SMA Negeri 4 OKU
2011 : Teknologi Industri Benih Institut Pertanian Bogor (belum selesai)
*Pendidikan Informal
*Riwayat Pekerjaan
===================================================
Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.
Bogor, 5 November 2012



(Fauzan Hidayatullah Semendaya)


Laju Transpirasi Tanaman

LAJU TRANSPIRASI

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Secara alamiah tumbuhan mengalami kehilangan air melalui penguapan. Proses kehilangan air pada tumbuhan ini disebut transpirasi. Pada transpirasi, hal yang penting adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara kering di luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar. Transpirasi penting bagi tumbuhan, karena berperan dalam hal membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam-garam mineral, mengatur suhu tubuh dengan cara melepaskan kelebihan panas dari tubuh, dan mengatur turgor optimum di dalam sel. (Dardjat dan Arbayah,1990).
Agar transpirasi dapat berjalan maka stomata harus membuka. Apabila stomata membuka, maka akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfir. Kalau tekanan uap air di atmosfir lebih rendah dari rongga antar sel, uap air dari rongga antar sel akan keluar ke atmosfi. Banyaknya stomata pada tanaman berbeda-beda antara spesies satu dengan spesies yang lain. Pada tanaman darat, umumnya stoma terdapat pada permukaan bawah daun dan  pada beberapa tanaman, stoma terdapat pada permukaan atas dan bawah daun.

Tujuan
            Adapun tujan dari percobaan ini adalah mengukur laju transpirasi pada dua jenis tanaman, membandingkan laju transpirasi pada dua jenis tumbuhan, mengamati jumlah stomata bagian atas dan bagian bawah daun, dan menghitung jkecepatan stomata pada daun.



TINJAUAN PUSTAKA

            Transpirasi  adalah proses pengeluaran air oleh tumbuhan dalam bentuk uap air ke atmosfer. Berdasarkan atas sarana yang digunakan untuk melaksanakan proses transpirasi dibedakan atas : transpirasi stomata, transpirasi kutikula dan transpirasi lentisel. Transpirasi penting bagi tumbuhan, karena berperan dalam hal membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam-garam mineral, mengatur suhu tubuh dengan cara melepaskan kelebihan panas dari tubuh, dan mengatur turgor optimum di dalam sel. (Dardjat dan Arbayah,1990).
Proses transpirasi dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Faktor  internal antara lain seperti ukuran daun, tebal tipisnya daun, tebal lapisan lilin, jumlah rambut daun, jumlah, bentuk dan lokasi stomata (Dwidjoseputro, 1994:92), termasuk pula umur jaringan, keadaan fisiologis jaringan dan laju metabolisme. Faktor-faktor eksternal antara lain meliputi radiasi cahaya, suhu, kelembaban udara, angin dan kandungan air tanah (Dardjat dan Arbayah, 1996:64).
Stomata
               Stomata merupakan alat istimewa pada tumbuhan, yang merupakan modifikasi beberapa sel epidermis daun, baik epidermis permukaan atas maupun bawah daun. Stomata biasanya ditemukan pada bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara. Jumlah stomata beragam pada daun tumbuhan yang sama dan juga pada daerah daun yang sama (Estiti, 1995:68). Pada umunya stomata tumbuhan darat lebih banyak terdapat pada epidermis daun bagian bawah. Pada banyak jenis tumbuhan bahkan tidak ada  stomata sama sekali pada epidermis daun bagian atas (Lovelles, 1991:119). Suatu stoma terdiri atas lubang (porus) yang dikelilingi oleh 42 sel penutup, umumnya berbentuk ginjal dan mengandung kloroplas. Stomata sebagian besar tumbuhan membuka pada waktu siang hari dan menutup pada malam hari. Stomata akan membuka apabila turgor sel penutup tinggi dan apabila turgor sel penutup rendah maka stomata akan menutup (Siti Sutarmi, 1984:106). 

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

            Ada pun hasil dari praktikum ini adalah

 Tabel 1. Laju Transpirasi
Tanaman
Waktu
0
30
60
90
120
vol awal
 Vol
vol awal
    Vol
vol awal
    vol
vol awal
    vol
vol awal
    vol
coleus
9.88
0
8.82
1.1
8.02
1.86
7.56
2.32
7.2
2.72
pucuk merah
9.96
0
9.38
0.58
8.5
1.34
7.86
2.1
7.46
2.5











Tabel 2. Luas Daun
Berat duplikasi daun
Luas daun
Coleus
Pucuk merah
Coleus
Pucuk merah
0.76
0.72
98.3
101.9


Pembahasan

Dari data diatas yang terpada di tabel satu  laju transpirasi pada tanaman coleus dan pucuk merah,  dapat  di lihat bahwa tanaman coleus dan pucuk merah  mengalami proses transpirasi yang ditandai dengan berkurangnya volume air. Pada transpirasi, hal yang penting adala difusi air dari udara yang lembab dari dalam daun ke udara yang kering diluar daun. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air kedalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk  dan bahkan dari tanah ke akar.
 Selain itu cepat lambatnya proses transpirasi juga dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor dalam . faktor dari dalam yaitu jumlah daun, luas daun dan jumlah stomata. Luas daun mempengaruhi pergerakan uap atau gas, pada percobaan  ini dapat dilihat pada tanaman coleus  yang luas daunnya 98.3 mengalami  pengurangan volume air sabanyak 2.72 ml selama 2 jam dibawah paparan sinar matahari, sedangnkan pucuk merah luas daunnya 101.9 mengalami pengurangan air sebanyak 2.5 ml selama 2 jam dibawah paparan sinar matahari. Tanaman pucuk merah yang  luas daunnya lebih besar dari colues mengalami trasnpirasi lebih rendah.

Tabel 3. Jumlah stomata
Jumlah stomata
 Pucuk merah
sampang dara
67
70

            Dari data diatas dapat dilihat bahwa jumlah stomata pada sampang dara lebih banyak dari pucuk merah. Jumlah stomata adalah salah satu faktor internal yang mempengaruhi laju transpirasi. Lubang stomata yang tidak bundar melainkan oval itu ada sangkut paut dengan intensitas pengeluaran air. Dan juga y letaknya yang satu sama lain di perantaian oleh suatu  jarak yang tertentu mempengaruhi intensitas penguapan. Jika lubang-lubang itu terlalu berdekatan maka penguapan dari lubang yang satu malah menghambat penguapan dari lubang yang berdekatan.



KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa laju transpirasi dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor dalam, faktor dari dalam yaitu jumlah daun, luas daun dan jumlah stomata. Jumlah stomata mempengaruhi proses pengeluaran air dari tubuh tumbuhan. Sedangkan faktor dari luar yaitu cahaya, suhu dan udara. 

Saran

Dari percobaan yang telah kami lakukan, sebaiknya dalam mengerjakan praktikum ini menggunakan tanaman yang memiliki lebar daun dan jumlah stomata yang banyak agar kita dapat megetahui proses laju traspirsi dengan baik






Pertanian Vertikultur



PERTANIANAN SISTEM VERTIKULTUR
PRAKTIK PEMBIBITAN TANAMAN HOLTIKULTURA


Kelompok 4:







Description: D:\LOGO IPB\logo IPB.jpg




PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
PERTANIANAN SISTEM VERTIKULTUR
PENDAHULUAN

Teknik vertikultur adalah teknik budidaya pertanian yang dilakukan secara vertical dan bertingkat. System ini cocok diterapkan di lahan-lahan yang sempit atau di pekarangan rumah.
Sebenarnya teknik vertikultur telah banyak diterapkan dibanyak diterapkan di banyak pekarangan atau teras rumah dengan membuat rak bertingkat tempat pot-pot diletakkan bahkan rak-rak yang terbuat dari besi sudah banyak dijual ditempat penjual bunga hias. Teknik vertikultur menggunakan tabung bamboo atau paralon ini lebih memberikan sensasi kreativitas selain menjadikannya usaha tani komersial.
Teknik pertanian vertikultur seperti ini biasanya untuk membudidayakan tanaman semusim atau yang berumur pendek, seperti kangkung, bayam, kemangi, sawi, caisim. Pohon cabai, tomat, atau terong juga mudah sekali tumbuh dengan cara ini. Jenis tanamn obat-obatan atau tanaman hias pun bisa ditanam dengan teknik vertikultur.

Tujuan
Tujuan praktikum ini untuk mengajarkan mahasiswa cara pemanfaatan lahan yang sempit dengan cara mengadopsi teknik bertanam secara vertikultur.


TINJAUAN PUSTAKA

Sistem pertanian vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Sistem ini cocok diterapkan di lahan-lahan sempit atau di pemukiman yang padat penduduknya. Sistem ini dapat menjadi solusi kesulitan mencari lahan pertanian yang tergusur oleh perumahan dan industry.
Pelaksanaan vertikultur dapat menggunakan bangunan khusus (modifikasi dari sistem green house) maupun tanpa bangunan khusus, misalny a di pot gantung dan penempelan di tembok-tembok. Wadah tanaman sebaiknya disesuaikan dengan bahan yang banyak tersedia di pasar lokal. Bahan yang dapat digunakan, misalnya kayu, bambu, pipa paralon, pot, kantong plastik dan gerabah. Bentuk bangunan dapat dimodif ikasi menurut kreativitas dan lahan yang tersedia. Yang penting perlu diketahui lebih dahulu adalah karakteristik tanaman yang ingin dibudiday akan sehingga kita dapat merancang sistemnya dengan benar.




Kelebihan sistem pertanian vertikultur:
(1)       Efisiensi penggunaan lahan karena yang ditanam jumlahnya lebih bany ak dibandingkan sistem konv ensional.
(2)                    Penghematan pemakaian pupuk dan pestisida.
(3)       Kemungkinan tumbuhnya gulma lebih kecil
(4)       Dapat dipindahkan dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah tertentu.
(5)       Mempermudah monitoring/pemeliharaan tanaman. dan

Kekurangan system veltikultur:
(1)               Investasi awal cukup tinggi
(2)               Sistem penyiraman harus continu, dan diperlukan beberapa peralatan tambahan, misalnya tangga sebagai alat penyiraman.

1.      Media Tanam
·      Media tanam berupa campuran kompos atau pupuk kandang, arang sekam dan tanah dengan perbandingan 2 : 1 : 1. Campur ketiga unsur tersebut secara merata.
·      Masukkan media tanam dalam pot yang telah disiapkan sampai setinggi 2/3 dari diameter bambu. Buat lobang dengan jarak tanam 10-15 cm atau disesuaikan dengan jenis tanamannnya.

2.      Penanaman
Cara penanaman tergantung pada jenis tanamannya. Ada yang dapat ditanam langsung di wadah vertikultur, ada yang harus disemai dulu baru ditanam, dan ada yang harus disemai kemudian disapih dan baru ditanam di wadah. Pesemaian dibutuhkan oleh tanaman yang berbiji kecil, misalnya sawi, kubis, tomat, cabai, terong, lobak, selada dan wortel. Untuk tanaman yang bernilai ekonomis tinggi dan membutuhkan perawatan yang agak khusus, misalnya paprika, cabai hot beauty atau cabai keriting dan tomat buah dilakukan cara penanaman yang terakhir.



3.      Pemeliharaan Tanaman
Tanaman juga memerlukan perawatan, seperti halnya makhluk hidup yang lain. Tanaman memerlukan perhatian dan kasih sayang. Selain penyiraman dilakukan setiap hari juga perlu pemupukan, dan juga pengendalian hama penyakit.

A.                         Pemupukan
Sebaiknya pupuk yang digunakan adalah pupuk organik misalnya pupuk kompos, pupuk kandang atau pupuk bokashi yang menggunakan teknologi mikroorganisme 4 (EM4) atau simbal.
Ir. Joko Purnomosidi dari Dinas Pertanian DKI Jaya menyarankan agar buah tidak mudah rontok sebaiknya menggunakan KCL satu sendok teh atau sendok makan tergantung besar kecilnya pohon. Pemberian KCL sebaiknya setiap 5 sampai 6 bulan sekali.

B.  Pengendalian Hama
Ada satu masukan dari Suku Dinas Pertanian Jakarta Utara, yakni Bp. Memed Achmad, ahli pengendali hama penyakit tanaman. Untuk berkebun di rumah sebaiknya jangan menggunakan bahan kimia. Ditekankan pula jangan menggunakan furadan untuk membunuh hama yang ada di dalam tanah. Penggunaan furadan bisa mengurangi tingkat kesuburan tanah dan juga mencemari tanaman kurang lebih selama sebulan. Jadi, sebaiknya untuk tanaman sayuran tidak perlu digunakan furadan.
Dalam praktik, penulis menggunakan furadan enam bulan sekali atau kalau benar-benar terpaksa sekali untuk tanaman keras saja, seperti belimbing, jeruk, mangga, dan jambu air. Apabila kita menyebarkan furadan di sekitar tanaman, maka cacing, lipan atau uret yang ada di dalam tanah akan muncul ke permukaan dan mati. Bangkai-bangkainya jangan dibuang, namun kubur saja di sekitar tanaman karena bisa menjadi pupuk.







METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

Alat –alat  yang  digunakan dalam praktikum ini yaitu pahat, meteran, pisau, gergaji, dan palu. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu pipa paralon, talang air, kayu, pupuk kompos, pupuk kandang, bamboo, paku, tanah gembur, bibit sayuran.
B. Metode
·         Vertikultur Berdiri
            Bambu atau pipa paralon dipotong sepanjang 1,5 m. Pada bambu dibuat lubang secara berseling dengan ukuran sekitar 10 cm. Sekat-sekat di dalam bamboo di buang dengan menggunakan linggis. Kemudian bambu ditanam ke dalam tanah sedalam 30 cm, kemudian di dalam bambu dimasukkan tanah dari atas dan kemudian disiram. Bibit sayuran di tanamkan pada setiap lubang pada bambu, kemudian diberi pupuk kocor.

·         Vertikultur Bertingkat
Tujuh potong kayu disiapkan, Empat potong kayu disiapkan untuk membuah penyangga sebanyak 2 buah, kemudian 3 potong kayu lainnya disiapkan sebagai tempat talang air. Ketujuh potong kayu tersebut dikuatkan dengan menggunakan paku. Kemudian siapkan 3 buah talang air yang telah ditutup pada kedua sisinya. 3 buah talang air tersebut ditaruh diatas kayu yang telah dibuat sebagai penyangga talang air. Kemudian talang air diisi media tanam dan setelah itu ditanami bibit sayuran, lalu disiram dan diberi pupuk kocor.




HASIL DAN PEMBAHASAN
1. HASIL
Hasil dari praktikum ini adalah tempat penanaman verti kulur bertingkat dan verti kultur berdiri yang masing masing ditanami sayuran yang umur tanamnya relative singkat.


2. PEMBAHASAN
Vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Sistem budidaya pertanian secara vertikal atau bertingkat ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas. Misalnya, lahan 1 meter mungkin hanya bisa untuk menanam 5 batang tanaman, dengan sistem vertikal bisa untuk 20 batang tanaman. Vertikultur tidak hanya sekadar kebun vertikal, namun ide ini akan merangsang seseorang untuk menciptakan khasanah biodiversitas di pekarangan yang sempit sekalipun. Struktur vertikal, memudahkan pengguna membuat dan memeliharanya. Pertanian vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi juga menciptakan suasana alami yang menyenagkan. Model, bahan, ukuran, wadah vertikultur sangat banyak, tinggal disesuaikan dengan kondisi dan keinginan. Pada umumnya adalah berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau dibentuk mirip anak tangga, dengan beberapa undak-undakan atau sejumlah rak. Bahan dapat berupa bambu atau pipa paralon, kaleng bekas, bahkan lembaran karung beras pun bisa, karena salah satu filosofi dari vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar kita.Persyaratan vertikultur adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan.Tanaman yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur pendek, dan berakar pendek. Tanaman sayuran yang sering dibudidayakan secara vertikultur antara lain selada, kangkung, bayam, pokcoy, caisim, katuk, kemangi, tomat, pare, kacang panjang, mentimun dan tanaman sayuran daun lainnya.
Untuk tujuan komersial, pengembangan vertikultur ini perlu dipertimbangkan aspek ekonomisnya agar biaya produksi jangan sampai melebihi pendapatan dari hasil penjualan tanaman. Sedangkan untuk hobiis, vertikultur dapat dijadikan sebagai media kreativitas dan memperoleh panenan yang sehat dan berkualitas.

 




















DAFTAR PUSTAKA
Sunarjono, H. 2008. Bertanam 30 Jenis Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta
Pracaya. 2008. Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot dan Vertikultur . Penebar Swadaya. Jakarta

UJI KEMASAKAN BUAH DAN PENGARUH ETILEN TERHADAP KEMASAKAN BUAH

Penulis : F. H. Semendaya, et. al. (2012) Secara umum, kita mengenal buah yang mentah dengan sifat hijau. Buah yang hijau disebabkan o...