PERTANIANAN SISTEM VERTIKULTUR
PRAKTIK PEMBIBITAN TANAMAN HOLTIKULTURA
Kelompok 4:
PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
PERTANIANAN SISTEM
VERTIKULTUR
PENDAHULUAN
Teknik vertikultur adalah
teknik budidaya pertanian yang dilakukan secara vertical dan bertingkat. System
ini cocok diterapkan di lahan-lahan yang sempit atau di pekarangan rumah.
Sebenarnya teknik
vertikultur telah banyak diterapkan dibanyak diterapkan di banyak pekarangan
atau teras rumah dengan membuat rak bertingkat tempat pot-pot diletakkan bahkan
rak-rak yang terbuat dari besi sudah banyak dijual ditempat penjual bunga hias.
Teknik vertikultur menggunakan tabung bamboo atau paralon ini lebih memberikan
sensasi kreativitas selain menjadikannya usaha tani komersial.
Teknik pertanian
vertikultur seperti ini biasanya untuk membudidayakan tanaman semusim atau yang
berumur pendek, seperti kangkung, bayam, kemangi, sawi, caisim. Pohon cabai,
tomat, atau terong juga mudah sekali tumbuh dengan cara ini. Jenis tanamn
obat-obatan atau tanaman hias pun bisa ditanam dengan teknik vertikultur.
Tujuan
Tujuan
praktikum ini untuk mengajarkan mahasiswa cara pemanfaatan lahan yang sempit
dengan cara mengadopsi teknik bertanam secara vertikultur.
TINJAUAN
PUSTAKA
Sistem pertanian
vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal
atau bertingkat. Sistem ini cocok diterapkan di lahan-lahan sempit atau di
pemukiman yang padat penduduknya. Sistem ini dapat menjadi solusi kesulitan
mencari lahan pertanian yang tergusur oleh perumahan dan industry.
Pelaksanaan vertikultur dapat menggunakan bangunan
khusus (modifikasi dari sistem green house) maupun tanpa bangunan khusus,
misalny a di pot gantung dan penempelan di tembok-tembok. Wadah tanaman
sebaiknya disesuaikan dengan bahan yang banyak tersedia di pasar lokal. Bahan
yang dapat digunakan, misalnya kayu, bambu, pipa paralon, pot, kantong plastik
dan gerabah. Bentuk bangunan dapat dimodif ikasi menurut kreativitas dan lahan
yang tersedia. Yang penting perlu diketahui lebih dahulu adalah karakteristik
tanaman yang ingin dibudiday akan sehingga kita dapat merancang sistemnya
dengan benar.
Kelebihan sistem pertanian vertikultur:
(1) Efisiensi penggunaan lahan karena yang ditanam
jumlahnya lebih bany ak dibandingkan sistem konv ensional.
(2)
Penghematan pemakaian
pupuk dan pestisida.
(3)
Kemungkinan tumbuhnya gulma lebih
kecil
(4) Dapat dipindahkan dengan mudah karena
tanaman diletakkan dalam wadah tertentu.
(5)
Mempermudah monitoring/pemeliharaan
tanaman. dan
Kekurangan system veltikultur:
(1)
Investasi awal cukup tinggi
(2)
Sistem penyiraman harus continu, dan
diperlukan beberapa peralatan tambahan, misalnya tangga sebagai alat
penyiraman.
1. Media
Tanam
· Media
tanam berupa campuran kompos atau pupuk kandang, arang sekam dan tanah dengan
perbandingan 2 : 1 : 1. Campur ketiga unsur tersebut secara merata.
· Masukkan
media tanam dalam pot yang telah disiapkan sampai setinggi 2/3 dari diameter
bambu. Buat lobang dengan jarak tanam 10-15 cm atau disesuaikan dengan jenis
tanamannnya.
2. Penanaman
Cara penanaman
tergantung pada jenis tanamannya. Ada yang dapat ditanam langsung di wadah
vertikultur, ada yang harus disemai dulu baru ditanam, dan ada yang harus
disemai kemudian disapih dan baru ditanam di wadah. Pesemaian dibutuhkan oleh
tanaman yang berbiji kecil, misalnya sawi, kubis, tomat, cabai, terong, lobak,
selada dan wortel. Untuk tanaman yang bernilai ekonomis tinggi dan membutuhkan
perawatan yang agak khusus, misalnya paprika, cabai hot beauty atau cabai
keriting dan tomat buah dilakukan cara penanaman yang terakhir.
3. Pemeliharaan
Tanaman
Tanaman
juga memerlukan perawatan, seperti halnya makhluk hidup yang lain. Tanaman
memerlukan perhatian dan kasih sayang. Selain penyiraman dilakukan setiap hari
juga perlu pemupukan, dan juga pengendalian hama penyakit.
A.
Pemupukan
Sebaiknya
pupuk yang digunakan adalah pupuk organik misalnya pupuk kompos, pupuk kandang
atau pupuk bokashi yang menggunakan teknologi mikroorganisme 4 (EM4) atau
simbal.
Ir. Joko Purnomosidi dari Dinas Pertanian DKI Jaya
menyarankan agar buah tidak mudah rontok sebaiknya menggunakan KCL satu sendok
teh atau sendok makan tergantung besar kecilnya pohon. Pemberian KCL sebaiknya
setiap 5 sampai 6 bulan sekali.
B. Pengendalian Hama
Ada
satu masukan dari Suku Dinas Pertanian Jakarta Utara, yakni Bp. Memed Achmad,
ahli pengendali hama penyakit tanaman. Untuk berkebun di rumah sebaiknya jangan
menggunakan bahan kimia. Ditekankan pula jangan menggunakan furadan untuk membunuh
hama yang ada di dalam tanah. Penggunaan furadan bisa mengurangi tingkat
kesuburan tanah dan juga mencemari tanaman kurang lebih selama sebulan. Jadi,
sebaiknya untuk tanaman sayuran tidak perlu digunakan furadan.
Dalam
praktik, penulis menggunakan furadan enam bulan sekali atau kalau benar-benar
terpaksa sekali untuk tanaman keras saja, seperti belimbing, jeruk, mangga, dan
jambu air. Apabila kita menyebarkan furadan di sekitar tanaman, maka cacing,
lipan atau uret yang ada di dalam tanah akan muncul ke permukaan dan mati.
Bangkai-bangkainya jangan dibuang, namun kubur saja di sekitar tanaman karena
bisa menjadi pupuk.
METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
Alat –alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu
pahat, meteran, pisau, gergaji, dan palu. Sedangkan bahan
yang digunakan dalam praktikum ini yaitu pipa
paralon, talang air, kayu, pupuk kompos, pupuk kandang, bamboo, paku, tanah
gembur, bibit sayuran.
B. Metode
·
Vertikultur Berdiri
Bambu
atau pipa paralon dipotong sepanjang 1,5 m. Pada bambu dibuat lubang secara
berseling dengan ukuran sekitar 10 cm. Sekat-sekat di dalam bamboo di buang
dengan menggunakan linggis. Kemudian bambu ditanam ke dalam tanah sedalam 30
cm, kemudian di dalam bambu dimasukkan tanah dari atas dan kemudian disiram.
Bibit sayuran di tanamkan pada setiap lubang pada bambu, kemudian diberi pupuk
kocor.
·
Vertikultur Bertingkat
Tujuh potong kayu
disiapkan, Empat potong kayu disiapkan untuk membuah penyangga sebanyak 2 buah,
kemudian 3 potong kayu lainnya disiapkan sebagai tempat talang air. Ketujuh
potong kayu tersebut dikuatkan dengan menggunakan paku. Kemudian siapkan 3 buah
talang air yang telah ditutup pada kedua sisinya. 3 buah talang air tersebut
ditaruh diatas kayu yang telah dibuat sebagai penyangga talang air. Kemudian
talang air diisi media tanam dan setelah itu ditanami bibit sayuran, lalu
disiram dan diberi pupuk kocor.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
1. HASIL
Hasil dari
praktikum ini adalah tempat penanaman verti kulur bertingkat dan verti kultur
berdiri yang masing masing ditanami sayuran yang umur tanamnya relative
singkat.
2. PEMBAHASAN
Vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal
atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Sistem budidaya pertanian secara
vertikal atau bertingkat ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk
daerah perkotaan dan lahan terbatas. Misalnya, lahan 1 meter mungkin hanya bisa
untuk menanam 5 batang tanaman, dengan sistem vertikal bisa untuk 20 batang
tanaman. Vertikultur tidak hanya sekadar kebun vertikal, namun ide ini akan
merangsang seseorang untuk menciptakan khasanah biodiversitas di pekarangan
yang sempit sekalipun. Struktur vertikal, memudahkan pengguna membuat dan
memeliharanya. Pertanian vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi
juga menciptakan suasana alami yang menyenagkan. Model, bahan, ukuran,
wadah vertikultur sangat banyak, tinggal disesuaikan dengan kondisi dan
keinginan. Pada umumnya adalah berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau
dibentuk mirip anak tangga, dengan beberapa undak-undakan atau sejumlah rak.
Bahan dapat berupa bambu atau pipa paralon, kaleng bekas, bahkan lembaran
karung beras pun bisa, karena salah satu filosofi dari vertikultur adalah
memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar kita.Persyaratan vertikultur adalah
kuat dan mudah dipindah-pindahkan.Tanaman yang akan ditanam sebaiknya
disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur
pendek, dan berakar pendek. Tanaman sayuran yang sering dibudidayakan secara
vertikultur antara lain selada, kangkung, bayam, pokcoy, caisim, katuk,
kemangi, tomat, pare, kacang panjang, mentimun dan tanaman sayuran daun
lainnya.
Untuk tujuan komersial, pengembangan vertikultur ini perlu dipertimbangkan
aspek ekonomisnya agar biaya produksi jangan sampai melebihi pendapatan dari
hasil penjualan tanaman. Sedangkan untuk hobiis, vertikultur dapat dijadikan
sebagai media kreativitas dan memperoleh panenan yang sehat dan berkualitas.
DAFTAR
PUSTAKA
Sunarjono, H. 2008. Bertanam 30 Jenis Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta
Pracaya. 2008. Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot dan Vertikultur . Penebar
Swadaya. Jakarta